Didiklah Anak Sesuai Fitrah.
Fitrah apa?
Ada beberapa fitrah, diantaranya Fitrah Iman, Fitrah Belajar, Fitrah Bakat dan Fitrah Seksualitas.
Fitrah Seksualitas?
Wooowww
Gimana itu?
Mendidik anak sesuai fitrah seksualitas artinya mengenal anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksualitasnya sebagai perempuan.
Jika ia anak laki-laki, maka bangunlah fitrah seksualitasnya sebagai laki-laki.
Pertanyaan berikutnya yang muncul, bagaimana tehnik membangkitkan fitrah seksualitas ini ???
Ada beberapa tahap yang perlu kita kawal di setiap fasenya.
*) Usia 0-2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya. Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun. Menyusui, BUKAN memberi ASI. Langsung disusui tanpa PumPing dan tanpa disambi pegang HP.
*) Usia 3-6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya. Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya. Perbanyak aktivitas bersama.
*) Usia 7-10 tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.
Jika anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya. Ajak beraktivitas yang menonjolkan sisi kemaskulinannya. Nyuci motor, akrab dengan alat-alat pertukangan, dan sebagainya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya. Libatkan anak dalam aktivitas yang menonjolkan kemfeminimannya. Banyaklah utak atik di Dapur bersama anak, melibatkan saat bersih-bersih rumah, menjahit, dan sebagainya.
*) Usia 11-14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah menukar kedekatan.
Lintas Gender.
Jika anak laki-laki, maka dekatkan pada bundanya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.
Ada sebuah riset yang menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain.
Disebuah artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada. Jika tidak dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.
Logis juga sih.
Saat ada laki-laki yabg memuji kecantikannya, mungkin ananda tidak segampang silau karena ada ayahnya yang lebih sering memujinya. Kalau ada laki-laki yang memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yang lebih dulu menvurahkan perhatian dan memberi hadiah.
Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak laki-laki harus dekat dengan bundanya.
Efek yang sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yang kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan. Ada yang tanya, lho kalau orang tuanya bercerai atau LDR bagaimana?
Hadirkan sosok lain sesuai gender yang dibutuhkan.
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yang bisa menjadi sosok ayah pengganti.
Bisa kakek, atau paman. Sama seperti Rasullullah Saw.
Meski tak punya ayah dan ibu, tapi Rasullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya, ada nenek, bibi dan ibu susunya.
*) Fase berikutnya serelah 14 tahun bagimana? Sudah tuntas. Karena Para Ulama sepakat usia 15 tahun adalah Usia Aqil Baligh.
Artinya anak kita sudah "BUKAN" anak kita lagi.
Ia telah menjelma menajdi orang lain sepadan dengan kita.
Maka fokus bersabarlah mendampingi anak-anak, karena kita hanya punya waktu 14 tahun saja.
Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendo'akan ya teman-teman.
Semoga Allah mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanh ini kelak di hari penghitungan.
Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga.
Apapun keadaannya JANGAN lupa bersyukur dan bahagia.
Semoga Bermanfaat
(Dikutip dari Workshop Home Education Based Fitrah and Tallent bersama Ustad Harry)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar