Menguji Kedewasaan Bangsa Indonesia
Masih ingat serangan Korea Utara ke Korea Selatan?
Bagaiamana menurut Kalian?
Mereka satu bangsa, berbahasa sama, diantara mereka bahkan satu keluarga, kini terpisah dan bermusuhan, bahkan status hubungan antara mereka adalah status perang dalam keadaan genjatan senjata.
Kenapa mereka bermusuhan?
Ternyata mereka hanya korban dari perang dingin. Mereka korban perebutan antara pengaruh Amerika dan Komunis Uni Soviet (Rusia) dimasa lalu.
Kini komunis Rusia sudah hancur dan mempunyai hubungan cukup baik dengan Amerika. Tapi Korea Selatan dan Utara tetap bersitegang akibat sisa pertarungan masa lalu.
Tentu saja bagi Korea Selatan yang sudah moderat kembali bersatu adalah impian, tapi doktrin di Korea Utara nampaknya masih begitu melekat. Korea Selatan seperti musuh bebuyutan, padahal dulu mereka satu bangsa dan satu keluarga.
Mereka korban di masa lalu.
Ada lagi korban politik di masa lalu.
Jerman Barat dan Jerman Timur.
Negeri itu dipisah dengan tembok besar dan panjang. Ribuan orang mati di Jerman Timur karena berusaha menyeberang ke Jerman Barat. Bayangkan saja, orang yang dahulu tetangga berjarak 300 meter tiba-tiba jadi warga negara yang berbeda dan menjadi musuh negara karena dipisahkan tembok tersebut.
Ada nenek terpisah dari cucunya, ada sepupu yang terpisah dan berbagai peristiwa memilukan lainnya yang semua terjadi karena mereka jadi korban kekuatan politik masa lalu.
Sebagai negara kalah perang Jerman dipecah jadi dua wilayah, satu di Timur di bawah kekuasaan komunis Soviet dan satu di bawah pengaruh Amerika. Mereka korban politik di masa lalu, untung saja mereka sudah bersatu.
Tapi sadarkah kita, kita juga menjadi korban politik masa lalu. Lihat saja Indonesia dan Malaysia.
Jika diperhatikan bahasa, dan rumpunnya, sebenarnya kita satu keluarga besar.
Satu-satunya alasan kenapa Indonesia dan Malaysia beda Negara adalah karena kita dijajah Belanda dan Malaysia dijajah Inggris. Dimasa lalu terutama diperbatasan kalimantan, dan Kepulauan Riau, banyak saudara dan kerabat yang tinggal bersebrangan. Tapi karena proses penjajahan ratusan tahun membuat kedua bangsa ini terpisah, bahkan lupa akar sejarah bahwa mereka bersaudara. Jadi kalau kita merasa Malaysia mencuri ide dan budaya Indonesia, tidak sepenuhnya benar demikian. Karena ada akar budaya Indonesia juga di Malaysia, dan sebaliknya.
Kedua bangsa ini bisa sama-sama berhak mengklaim. Bahkan bahasa indonesia saja adalah akarnya bahasa Melayu atau Malay, lalu apakah Malaysia lebih berhak mengklaim bahasa tersebut, tentu saja tidak. Kita sama-sama punga hak. Nah kalau kita punya hak atas bahasa Melayu, dalam beberapa kasus Malaysia juga punya Hak mengklaim budaya tertentu karena ada juga generasi yang sama yang hidup di sana.
Saya yakin banyak yang tidak setuju, karena kita sudah termasuk dalam kategori musuh bebuyutan.
Silahkan baca catatan Des Alwi:
{Perlu disadari bahwa banyak pihak berpandangan negatif terhadap Malaysia karena kurangnya informasi yang lengkap dan utuh. Berdasarkan sejarah, Indonesia-Malaysia dahulu satu kesatuan. Hanya saja, karena dijajah Inggris dan Belanda menjadi terpisah. Dalam masalah budaya tentu bisa saja muncul persamaan dua Negara.
Misal polemik tentang lagu Nasional Malaysia Terang Bulan yang dikatakan sebagai lagu asli Indonesia. Lagu itu sudah ada sejak Sultan Negara Bagian Perak pergi ke Inggris pada tahun 1912. Ketika itu saya dikirim Pemerintah RI ke Hawai untuk mencari informasi terkait lagu tersebut. Lagu itu ternyata bukan lahu dari Indonesia atau Malaysia tetapi dari Hawai.
Di tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mempersiapkan Perang Dunia I, sehingga situasi di Hindia Belanda kacau balau. Masyarakat Jawa yang dipekerjakan di perkebunan Sumatra pun melakukan pemogokan besar-besaran, akibat tidak tahan kekejaman pemerintah Belanda. Mereka ingin kembali ke Jawa.
Saat itulah Sultan Johor, yang berdarah Jawa meminta agar masyarakat Jawa tidak perlu kembali ke Jawa tetapi ke Semenanjung Melayu. Masuknya tenaga kerja asal Jawa ke Malaysia itu merupakan eksodus terbesar di Johor. Sebagai eksodus, berbagai macam budaya Jawa ikut terbawa. Bahkan di Johor ada nama Perkampungan Ponorogo}.
Catatan singkat Des Alwi ini menunjukkan banyaknya permasalahan yang muncul karena kita tidak tahu sejarah secara lengkap.
Bahkan kalau kita Kaji sejarah "Ganyang Malaysia" di masa lalu, itu juga tidak terlepas dari perseteruan politik di masa lalu, bukan murni perseteruan antar anak bangsa.
Kenapa Indonesia di masa Soekarno mendeklarasikan "Ganyang Malaysia" karena saat itu Inggris ingin memberikan kemerdekaan pada Malaysia. Saat itu Partai Komunis Malaysia merasa kalau Inggris memberikan kemerdekaan maka Malaysia akan jadi boneka Inggris. Di satu sisi Partai Komunis Malaysia ingin tampil sebagai pahlawan pembebas Malaysia dari penjajah. Karena kebetulan Partai Komunis Indonesia punya lobi kuat ke pemerintahan Soekarno, maka jadilah program "Ganyang Malaysia" tersebut.
Jadi konfrontasi Indonesia Malaysia itu sama saja dengan apa yang terjadi di Korea Utara dan Selatan, Jerman Barat dan Timur, tidak lebih dari percikan pengaruh komunisme di dunia.
Intinya, tidak ada yang namanya musuh bebuyutan antara Indonesia dan Malaysia.
Mungkin ada yang masih protes:
Malaysia itu kejam terhadap TKI. Yang jahat dengan TKI bukan cuma Malaysia (itupun oknum), di timur tengah juga ada (itupun oknum), bahkan yang paling jahat justru Bangsa Indonesiasendiri (itupun oknum). Banyak yang mengirim TKI tanpa perlindungan, para makelar mengambil untung banyak padahal TKI dapatnya sedikit. Akhirnya pihak pemakai jasa merasa sudah membayar mahal. TKI yang pulang bawa hasil kerja tahunan dibius penjahat dan uangnya diambil, dan banyak hal lainnya.
Kalau kita membenci Malaysia lebih dari yang lain, tidak lain karena kita korban politik masa lalu, dan karena merasa mereka adalah musuh bebuyutan.
WHICH IS WRONG.
Banyak yang lebih jahat terhadap Indonesia.
Ada bangsa yang mengeruk Emas di Indonesia, bangsa yang mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan perjanjian menekan dan membiarkan kita dalam kebodohan. Ada bangsa yang menjerat kita dalam hutang padahal mereka tahu solusi lain yang bisa menolong Indonesia dengan memberdayakan SDM dan kekayaan alam.
Saya tidak perlu sebutkan bangsa apa itu, mudah sekali mencari datanya.
Tetapi sekali lagi, tidak mungkin bangsa kita bisa diperdaya tanpa ada anak bangsa yang berkhianat dengan korupsi, dengan nepotisme dan kemalasan.
Intinya apa? Tidak perlu bermusuhan dengan bangsa lain, perlu juga memperbaiki diri. Kita harus sadar bahwa dunia inu begitu luas. Di dunia ini ada yang namanya persaudaraan Universal antar manusia. Ada ukhuwah Islamiah, persaudaraan antar umat beragama. Ada persaudaraan antar Bangsa. Jadi jangan mau kita terpecah belah hanya karena masalah kecil, hanya karena permusuhan yang sebenarnya tidak ada.
KEDEWASAAN KITA DIUJI.
Tidak perlu ada perpecahan atau permusuhan.
Saat ini dunia Trennya justru sedang menyatu, Eropa kini menyatu dengan Uni Eropa bahkan mata uangnya jadi satu. Kini mata uang Uni Eropa juga menjadi mata uang di Eropa Timur.
ASEAN bahkan ke depan bisa menyatu mata uangnya mata uang ASEAN.
Jadi dunia sedang dirancang ke arah lebih baik, tapi banyak yang masih terpaku pada masa lalu.
GARUDA DI DADAKU
Kita harus cinta Negeri ini. Kita harus bangkitkan Negeri ini. Tapi tidak perlu mencintakan musuh untuk bersatu.
Dunia yang damai lebih baik.
Hati yang damai tetap lebih tentram.
Terimakasih.
Semoga Bermanfaat untuk Kita Semua.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Artikel Lainnya
-
Jurus Naga Sepi !! _███░░───██⊙█◣ _.███░░──█████◣ _..███░░─█████◣ _..███░██████◣ _◢███████████◣ _◢███████████◣ ◥▓█倫SEPI倫█▓◤ __◥▓█倫SE...
-
Lirik Lagu Upin Ipin - Hang Pi Mana Penyanyi : Upin & Ipin feat Khalifah Judul lagu : Hang Pi Mana ? Pencipta : Harry Khalifah / Y...
-
Jadi kangen masa kecil kan? Tikus Tikus Jalanan - Masa kecil indah untuk dikenang pada saat ini. Hal-hal yang saat dewasa dianggap sederhan...
-
Cara Melacak Smartphone atau HandPhone (HP) Yang Hilang Jika Handphone anda hilang. Dicuri atau tertinggal disuatu tempat, namun anda lu...
-
Tulisan Gus Muhammad Ismael Al Kholilie ( Dzurriyat Syaikhuna Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan ) yang saat ini menimba ilmu di Yaman ___...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar